Saturday 25 November 2017

Jelita Pertapa

#aca6kkka
Cerpen no.15: Jelita Pertapa oleh Monalita Mansor

"Hutan melarat dimakan api,
Pokok ditanam habis mati;
Intan manikam mahligai hati,
Kalau hilang payah berganti."

“Anakanda, Tuanku Panji Cahaya itu bukan dongengan. Turunlah anakanda menjejak baginda. Bawakan dia menghadap ayahanda. Kembalikan cintanya kepada leluhurnya.” Tuanku Bongsu Si Mambang terikat dengan janji. Setia dan kasih menjadi galang ganti pada kebahagiaan diri.

Maka, berangkatlah akan si sunti itu meneruskan pencarian leluhur yang ingkar janji. Azam disematkan pada nubari bersama panji kerajaan Kayang Buana. Anak raja yang tewas dengan cinta kedua itu perlu diseret pulang menugal ikrarnya.

“Tuanku Panji Cahaya itu, indah kejadiannya. Wajahnya bagai disuluh purnama empat belas. Tegaknya agam dan di dadanya bersilang busur emas berkilau-kilauan. Busananya indah permai tidak terkatakan. Sampingnya bertekat benang emas dan seluar
panjutnya bagai dihiasi kaca menyilau mata.

Destarnya Dendam Tak Sudah berjuntai mutiara di depannya.
Bersurat kalimah halimunan Sulaiman, beberapa ilmu hikmat pemanis serta pelias peperangan. Di tangannya tergenggam pedang kebesaran sebesar paha budak bercerai susu.”
__________________

Cerpen ini tentang Jelita alias Tuanku Bongsu Si Mambang yang diarahkan oleh ayahandanya untuk mencari Tuanku Panji Cahaya si alam manusia. Dapatkah Jelita membawa semula Tuanku Panji Cahaya pulang ke Kayang Buana?

Membaca cerpen ini membuat anda berimaginasi. Tidak kurang juga mencari pensel dan kertas untuk mencatat setiap pergerakan jalan cerita supaya tidak hilang arah dalam pembacaan 😉.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Klik Tabung